Rumah dan 'Rumah'

Masih melekat dalam ingatan, saat dulu aku belajar kata-kata Bahasa Inggris dengan Bu Guru, aku pernah bertanya, "Apa bedanya home dan house, Bu?". Saat itu bu guru tersenyum dan menjawab sekenanya, "Kalau house itu bangunan rumahnya, sedangkan kalau home itu rumah dimana ada keluargamu." Aku sempat bingung saat itu. Otak kecilku belum bisa membedakan antara rumah dan 'rumah'. Bukankah keluarga ya ada di bangunan rumah? Ah, aku jadi bingung menjelaskannya..

Tapi kini aku mengerti, perbedaan kata home dan house. Kau mungkin mempunyai banyak rumah di dunia ini. Kini pun aku memiliki lebih dari satu rumah untuk kutinggali, yaitu di Jember, dimana aku belajar dan beranjak dewasa, dan di Surabaya dimana aku merantau dan belajar dewasa. 

Keduanya rumah bagiku, dimana ada keluarga yang selalu menantikan kehadiranku di tengah-tengah mereka. Tapi hanya satu 'rumah' bagiku. Tempat dimana hatiku ingin pulang, sembunyi dalam sangkar yang aman. Dimana pun itu, di sanalah ada bapak dan ibu. Aku tidak peduli apakah itu di Jember, di Surabaya, atau di kota lain, aku merasa ada di 'rumah' saat di tengah-tengah mereka. 

Entahlah, apa aku merasa jenuh atau lelah akhir-akhir ini. Hatiku selalu membujuk untuk kembali ke 'rumah'. Di sana aku merasakan kehangatan, rasa aman dan ketenangan. Seakan-akan aku bisa menghabiskan bertahun-tahun hidup di rumah tanpa keluar kemana-mana. Seperti 'rumah' itu terus memanggil-manggilku untuk kembali. 

Ataukah sebenarnya aku ingin lari? Lari dari semua tanggung jawab di perantauanku? Tapi mau sampai kapan? Selalu kuingatkan diriku sendiri, bahwa aku sudah dewasa. Saatnya berusaha menjalani semua sendiri, pelan-pelan lepas dari punggung orang tua. Tidak mungkin selamanya aku bisa ada dalam pelukan mereka. Ah, bahkan aku mendengar suara bapak dan ibu di telepon saja sudah ingin menangis.

Bapak, Ibu, kalianlah 'rumah' pertamaku. Maafkan aku yang masih sering menghindar dari kedewasaan. Selalu ingin tenggelam dalam pelukan kalian. Aku masih belajar untuk 'hidup'. Aku masih sering mengecewakan dan merepotkan kalian, dengan tingkahku yang manja, malas, rewel. Aku malu. Bapak dan ibu selalu menuruti semua mauku, sedangkan aku masih sering lupa bersyukur. Suara bapak dan ibu di telepon, ingatan-ingatanku tentang gurauan, senyum dan tawa kalian, sungguh semua membuatku rindu. Bahkan omelan dan wajah cemberut kalian saat aku mulai berulah pun selalu membuatku ingin kembali ke masa kecil. Masa dimana aku sering merengek minta es krim atau sekedar mampir ke pasar malam. Dimana kalian sering melerai pertengkaranku dengan kakak. Memarahiku karena aku menyembunyikan novel di balik buku pelajaran. Begitu banyak kenangan indahku bersama kalian. Untuk itu, aku berusaha untuk menjadi anak yang membuat kalian bahagia. Maafkan aku, Pak, Bu, telah banyak mengecewakan kalian, membuat kalian marah dan sedih. Maafkan aku yang masih sering lupa menjalankan amanah kalian, melupakan tugasku sebagai putri kalian. Terima kasih untuk selalu ada di saat aku ingin pulang. Terima kasih, karena Bapak-Ibulah aku ada.
Aku rindu...

Comments

Post a Comment