WANITA - Movie Review (habibieainun)

Masih kebawa emosi nonton film Habibie&Ainun sore tadi. Film yang menginspirasi, baguus sekali menurut saya.
Saat awal film, Bu Ainun, wanita yang cantik, sopan, pintar pula, disukai banyak laki-laki. Para lelaki itu datang bersama pangkat, jabatan, prestasi, bahkan kekayaan mereka, dengan sangat manis mereka bugkus untuk 'dihadiahkan' pada Bu Ainun. Saat itu beliau tidak perduli. Beliau justru memilh Pak Habibie yang datang dengan naik becak, tidak membawa apa-apa. Pak Habibie hanya membawa cita-cita, tujuan hidup dan keyakinannya, keoptimisannya tentang hidup. Ya, begitulah seharusnya pandangan kita. Wanita, seharusnya tidak melihat materi dan jabatan laki-laki, tapi usahanya dan cita-citanya lah yang lebih make sense untuk dijadikan pertimbanga. Bagaimana dia melihat masa depannya, apa yang diusahakannya untuk tujuan jangka panjangnya, itulah yang terpenting. Karena hal itulah yang akan menentukan, ke arah mana kita, wanita, akan dipimpinnya.
Bukannya saya bilang materi itu tidak penting. Tapi apa artinya banyak harta kalau hati merasa tidak nyaman? Kalau kita tidak merasakan 'kepemimpinan' suami. Kalau begitu jadinya, sama saja dong dengan kita hidup sendiri, kerja sendiri, malah lebih bebas. Saya jadi bingung menjelaskannya, tapi semoga Anda mengerti maksud saya. Hehehe..
Selanjutnya, setelah menikah, Bu Ainun ikut Pak Habibie ke Jerman. Di sini saya melihat, tidak ada sedikitpun keegoisan di diri  Bu Ainun, yang merupakan wanita pintar dan berpendidikan. Mari kita lihat di sekitar. Tidak sedikit wanita zaman sekarang yang lebih mementingkan karir daripada keluarganya sendiri. Bahkan, saya tahu sendiri ada seorang istri yang lebih memilih untuk tinggal di kota yang berbeda bukan untuk bekerja tapi hanya untuk bersenang-senang dengan teman-temannya! Naudzubillah..
Kembali ke cerita Habibie&Ainun. Saya kagum melihat kesetiaan dan pengabdian Bu Ainun kepada Pak Habibie. Di sini saya benar-benar melihat arti dari pepatah yang mengatakan 'di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat'. *anyway,bener ga ya pepatahnya bilang gitu?tapi intinya dapet kan?kkk*
Bu Ainun terus percaya pada segala keyakinan dan keputusan Pak Habibie. Beliau selalu mendampingi dan mengabdi kepada Bapak, di saat apapun. Bahkan ketika beliau sendiri sakit, beliau masih mengkhawatirkan kesehatan Bapak dan membuat catatan obat yang harus diminum Bapak setiap hari. Tidak pernah sedikitpun keluar kata-kata mengeluh dari Ibu, bahkan ketika mereka berdua hidup susah saat awal menikah, bahkan ketika beliau sakit dan hanya bisa berbaring.
Begitu pula Pak Habibie. Di balik wataknya yang keras kepala, beliau begitu lembut dan mencintai istri dan keluarganya. Apapun yang beliau lakukan adalah untuk keluarga dan negara. Beliau sangat optimis dan percaya akan mimpi-mimpinya. Mungkin kepecayaan itulah yang memberinya kekuatan berjuang untuk masa depan keluarga dan negara yang lebih  baik, tanpa memikirkan imbalan materi yang akan beliau dapatkan. Sepertinya itulah contoh 'bekerja sebagai bentuk ibadah'.
Mungkin saya tidak perlu memberi kesimpulan saya untuk posting kali ini. Anda semua pasti sudah bisa menarik kesimpulan sendiri dari tulisan saya.
Best regards,

Comments