Posisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, posisi bisa berarti letak, kedudukan, dan jabatan. Kali ini saya tidak membahas posisi sebagai letak/kedudukan, melainkan posisi dalam arti jabatan.

Akhir-akhir ini beberapa kali saya menemukan link yang di share di socmed mengenai walikota Surabaya, Bu Risma. Saya sendiri bukan pengamat berita, politik, bahkan nonton tv saja saya jaraaang banget. Saya juga ga pernah ngikutin aktivitas Bu Risma lagi apa untuk rakyat dan lain sebagainya, tapi saya pernah melihat sosok orangnya di koran atau mendengar namanya disebut di radio. Dan begitu saja cukup membuat saya kagum dengan beliau.

Beliau seorang walikota yang sederhana, tidak pernah mencitrakan dirinya ini-itu, koar-koar beliau mau melakukan program kerja apa, berjanji ini-itu. Dalam berpenampilan pun sangat sangat sederhana. Bagaikan bumi dan langit kalau dibandingkan Ratu Atut yang waktu itu sempat heboh di muncul berita. Duluu pernah saya lihat di tv ada tren kerudung ibu camat, ibu bupati, ibu presiden dan seterusnya (entahlah namanya apa sih sebenernya) yang intinya semakin tinggi 'judul jabatannya' semakin besar cepolnya. Yang biasanya para pejabat itu pake jilbab yang diikat di leher dan poni kelihatan lalu ada bentuk cepol buesar itu lohhh (semoga kalian paham maksud saya ._.) Nah, Bu Risma ini ga begitu, beliau berjilbab 'blusukan' yang praktis, cepol bisa dibilang ga ada.. Yaa rambut beliau sendiri kali ya yang diiket seadanya lalu dikerudungi gitu. Pokoknya suederhana sekali lahh...

Membaca beberapa tulisan blogger atau artikel mengenai beliau, saya ikut terharuu mengetahui kesedihan beliau menjadi pemimpin, kesulitan dan beratnya beban yang beliau pikul. Apalagi yang sampai beliau dibilang 'ngurusin anak orang lain, anak sendiri ga diurus', ya Tuhaaan, kalimat seperti itu jelas menyakitkan sekali bagi seorang ibu. Saya kagum dengan ketegaran beliau dan kepercayaannya kepada Tuhan. Dan begitulah sosok pemimpin yang tepat menurut saya.

Kebetulan, skripsi saya kemarin mengenai kepemimpinan. Menurut Islam, jabatan pemimpin tidaklah untuk diminta. Bahkan, jabatan itu dilarang diberikan kepada siapapun yang meminta. Ada hadis yang mengatakan bahwa jika kita meminta sebuah jabatan, saat itulah jabatan itu akan terasa berat bagi kita. Sedangkan ketika kita tidak meminta jabatan tersebut, Tuhan lah yang akan membantu kita menjalankan amanah tersebut.

Dari begituuu banyak skandal politik (alaaahh, kayak tau-tau aja nih) saya rasa hadis tersebut terbukti benar. Begituu banyak orang yang berkoar-koar, berjanji ini itu jika dia diberi jabatan X,  pada akhirnya dia melakukan hal yang menyimpang, yang tidak sesuai hukum dan merugikan banyak orang. Menurut saya sih, karena ketika seseorang meminta suatu jabatan, pasti 'ada udang di balik batu'. Apalagi yang sampai menghalalkan begitu banyak cara untuk mendapat jabatan tertentu, pasti kalau udah 'jadi' dia cari 'kembalian' ya kan? cmiiw..

Coba dipikir, kalau ada seseorang yang tidak berharap mendapat jabatan tertentu, lalu dia diberi jabatan tersebut. Pasti dia merasa berat memikul tanggung jawab besar itu, takut mengecewakan, takut menyalahgunakan amanah. Pada akhirnya dia selalu berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan, selalu meminta pertolongan dan petunjuk Tuhan setiap saat, saking takutnya salah. Di situlah, janji Tuhan untuk selalu membantu hamba-Nya yang meminta pertolongan.

Kalau menurut saya, posisi atau jabatan itu berat. Bahkan bisa dibilang cobaan bagi manusia. Ketika posisimu di atas, siapa sih yang tidak merasa senang? Yang tidak bangga? Nah, itu rawan kesombongan. Rawan berbuat menyimpang. Saya jadi mikir kadang-kadang, PD banget itu orang-orang yang mencalonkan diri jadi anggota DPR, Wapres, Presiden. Emang yakin sanggup memimpin segini banyak rakyat Indonesia? Yakin bisa menjaga amanah yang berat ini? Ingat, jabatan ga berhenti di dunia, melainkan sampai akhirat nanti masih harus dipertanggungjawabkan.

Ah, kebetulan tadi sore leyeh-leyeh saya denger eyang kakung lihat berita tentang Akil Mochtar, ketua MK yang seharusnya menjaga keadilan di negara ini. Dia aja 'nyelewengin' tugasnya, apalagi bawahannya? Ah, saya sok tau berita banget nih, sekali lagi cmiiw yahhh...

Nih, ayat tentang perintah menegakkan keadilan, saya lampirkan supaya lebih keren:
4:135   :    Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan

Yahh, apalah saya ini menulis beginian.. Tapi semoga bermanfaat yahh..

Best Regards,
xoxo

Comments