KKN-BBM 45 Unair Kab. Sampang Kec. Jrengik Desa Asem Nonggal - Chapter 4 : Laskar Pelangi Versi Madura

Ternyata, tidak usah jauh-jauh ke Belitong, kita bisa melihat SD seperti dalam film Laskar Pelangi. Di tempat saya KKN ada sebuah SD yang kondisinya sangat memprihatinkan. SD ini pernah saya bahas sebelumnya dalam posting saya sebelumnya, yaitu SD Asem Nonggal 3.

Pada awal masa KKN kami, kami mengira di Desa Asem Nonggal hanya terdapat dua sekolah dasar negeri saja, yaitu SD Asem Nonggal 1 dan SD Asem Nonggal 2. Namun ketika kami akan mengadakan suatu program kerja di SD Asem Nonggal 2, pak kepala sekolah bertanya kepada penanggung jawab proker hari itu, apa kami tidak mau mengadakan acara di Asem Nonggal 3 juga? Kalau tidak salah begitu cerita awal mula datangnya informasi mengenai keberadaan SD Asem Nonggal 3. Maaf kalau salah, karena penanggung jawab acara yang dimaksud bukan saya, alias saya menceritakan kembali cerita yang pernah saya dengar sesuai memori otak saya. #halah

Nih, foto SD Asem Nonggal 3:










Melihat foto-foto itu, yang paling membuat saya terharu adalah tulisan di papan tulis. Walaupun katanya guru di sana hanya datang seminggu dua kali jika cuaca mendukung [dan tidak datang sama sekali jika cuaca buruk], tulisan yang membanggakan guru masih tertulis di papan tulis. Hmmm, saya tidak tahu keterharuan saya ini sedikit bernada sarkastik atau tidak, yang jelas tulisan di papan tulis itu eye catching sekali. Hehehe..

Oya, katanya sih SD Asem Nonggal 3 ini sudah tidak lagi menerima siswa baru kira-kira 2 tahun ini, jadi siswa termuda duduk di kelas 3. Dan katanya, jika sudah lulus semua, SD Asem Nonggal 3 ini akan ditutup. Jadi, tentang bagaimana nasib pendidikan anak-anak di sana [di Dang Mati] yang menurut saya tidak mungkin bagi mereka untuk pergi ke SD lainnya, seperti SD Asem Nonggal 1 atau 2. Hal ini karena letak Dang Mati sendiri sangat sulit dijangkau dan jauh dari 'peradaban' Desa Asem Nonggal. Ketika kami sekelompok mengadakan program kerja di sana, kami sempat mengambil beberpa foto di beberapa spot yang mungkin bisa menjelaskan bagaimana 'terasing'nya daerah Dang Mati itu.











Bisa membayangkan bagaimana kasihannya anak-anak kecil itu jika sekolah mereka terpaksa ditutup hanya karena faktor kurang murid, biaya, dan alasan konyol lainnya? Bukankah pendidikan adalah hak semua manusia?

Saya sendiri merasa saya tidak punya apa-apa selain doa yang bisa saya berikan untuk adik-adik di sana, yang mungkin bisa membantu mereka. Saya hanya bisa mengambil hikmah dari fenomena. Selama kita semua mendapat kemudahan mencari ilmu, carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Toh akses kita ke informasi sangat mudah. Toh fasilitas yang kita butuhkan sudah ada semua. Tapi mengapa terkadang kita masih malas dan tidak memanfaatkan semua kemudahan itu? Hmmm, saya rasa jawabannya ada di diri kita sendiri.

Comments

  1. semoga bisa menjadi suari teladan bagi yang membaca.. bahwa ketidakmampuan tidak mempengaruhi untuk meraih ilmu :)

    ReplyDelete

Post a Comment