Oke, pos kali ini saya ingin mereview salah satu trilogi favorit saya - The Girl with Dragon Tattoo; The Girl who Played with Fire; The Girl who Kicked the Hornets' Nest. Kalau tentang genre-nya, hmm, kriminal? Misteri? Maaf, saya kurang paham kalau diminta mengklasifikasi genre suatu novel/film/drama dan sejenisnya, hehehe.. Tapi kalau dari tante wiki nih,
"The Girl with the Dragon Tattoo (original title in Swedish: Män som hatar kvinnor – literally, Men who hate women) is a crime novel by the late Swedish author and journalist Stieg Larsson. It is the first book of the Millennium series trilogy, which, when published posthumously in 2005, became a best-seller in Europe and the United States."
Singkat cerita, yang membuat saya ingin sekali mereview novel ini adalah karena novel ini salah satu (atau mungkin satu-satunya) novel yang membuat saya tenggelam tidak hanya pada ceritanya, melainkan juga pada karakter utamanya, Lisbeth Salander. Oke, tenggelam agak berlebihan sepertinya. Mungkin bisa dibilang saya 'terngiang-ngiang' lebih kepada si karakter utama.
Salander digambarkan sebagai perempuan nyentrik dengan rambut hitam legam dipotong spike, tato, anting dan tindikan dimana-mana, kurus kering, bahkan kalau dilihat secara fisik seperti wanita anoreksia, kecanduan, serta cap-cap buruk lainnya. Dia juga cenderung introvert, tidak pernah menaruh kepercayaan sedikit pun kepada orang lain, idealis, dan kasar (?). Saya memasukkan idealis di sini karena menurut kesimpulan yang saya ambil, Salander hanya mempunyai dua nilai dalam hidupnya, benar dan salah. Sedangkan kasar dengan tanda tanya itu, maksud saya dia cenderung langsung bertindak kasar tanpa berpikir akibatnya jika dia sedang merasa terancam. Tapi seiring berjalannya waktu, si Salander mulai belajar untuk bertindak 'halus' kok.
Tapi di balik penggambaran fisik yang tampak 'liar', Salander menyimpan 'senjata berbahaya', yaitu otak yang keren! Dia mempunyai ingatan fotografis, cerdas, menyukai teka-teki angka dan apapun yang berbentuk teka-teki, dan jago komputer.
Singkat cerita, Salander adalah korban politik pemerintahan yang sejak kecil dilanggar semua hak-haknya sebagai warga negara. Dia adalah anak seorang pelarian politik dari Soviet yang meminta suaka di Swedia. Si pelarian, yang bernama Zalachenko, suka main perempuan dan akhirnya punya anak Salander dan kembarannya (tidak dibahas). Sayangnya tidak berhenti di situ, Zalachenko suka bertindak kekerasan ke ibu Salander, dan karena pihak 'pemerintah' saat itu merasa harus merahasiakan keberadaan Zalachenko, semua tindakan kekerasannya ditutupi dan 'dibersihkan'. Salander yang saat itu masih kecil mencoba untuk mengadu ke polisi, dinas sosial dan pihak berwenang lainnya, tidak pernah mendapat apa-apa, dia dianggap mengada-ada dan berbohong. Akhirnya, Salander yang idealis berusaha melindungi ibunya, melempar bom molotov ke dalam mobil ayahnya. Hal ini mengakibatkan Salander dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan dipasung di sana selama setahun lebih.
Setelah keluar dari rumah sakit, Salander diberi cap 'tidak kompeten' dan harus ada di bawah perwalian. Dia dianggap memiliki kelainan psikologis dan kecenderungan psikopatis dan cap-cap lainnya. Dari tahun ke tahun dia memang sering terlibat masalah, tapi cenderung membaik di bawah perwalian Palmgren. Sayangnya suatu hari walinya terserang stroke dan akhirnya Salander terpaksa diberi wali baru, bernama Bjurman.
Di bawah perwalian Bjurman, justru Salander ada di dalam bahaya. Bjurman yang menganggap Salander tidak kompeten terhadap dirinya sendiri, memperkosa dan menganiaya Salander dengan kejam. Beruntung Salander sudah membawa kamera tersembunyi (dari perusahaan keamanan tempat dia bekerja) dan menjadikan bukti itu sebagai alat untuk 'bebas' dari perwalian itu. Salander tidak melapor ke polisi karena dia tidak pernah percaya lagi kepada polisi.
Singkatnya, setelah beberapa lama Bjurman mati ditembak. Begitu pula dua orang wartawan. Bukti-bukti saat itu tampak mengarah pada Salander sebagai pembunuh. Penyelidikan yang berlangsung dan pencarian Salander dengan satu dan lain hal mulai mengungkit-ungkit tentang keberadaan Zala (Zalachenko). 'Pemerintah' mulai khawatir akan terbongkarnya rahasia keberadaan Zalachenko. Akhirnya mereka mencari cara untuk kembali menjadikan Salander sebagai kambing hitam.
Dari cerita singkat (yang tidak terlalu singkat) mengenai Salander, saya mendapat sebuah pelajaran 'selalu ada alasan di balik sesuatu'. Jika dulu polisi percaya terhadap laporan Salander kecil tentang penganiayaan ibunya, mungkin dia tidak akan terlalu-tidak-mempercayai polisi, yang pada akhirnya akan mencegah kejadian-kejadian buruk berikutnya. Dan dari situ, saya juga yakin bahwa watak atau pandangan seseorang terhadap sesuatu benar-benar dibentuk sejak dia kecil, dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang pernah menimpanya. Saya juga melihat Salander adalah orang yang 'kuat' menyimpan segala sesuatu sendiri, menanganinya sendiri. Terlebih lagi saya belajar, 'jangan menilai seseorang secara sekilas, atau hanya dari penampilannya saja'. Itu semua mungkin saja memang hal-hal yang ingin dia tunjukkan, yang dia rasa perlu diketahui orang lain. Tapi siapa tahu jika dibalik itu semua ada 'sosok' yang sama sekali berbeda. Siapa tahu.
Buat kalian yang suka membaca novel/cerita misteri, detektif dan semacamnya, wajib deh baca novel ini. Atau bisa nonton filmnya juga. Untuk saat ini, setahu saya novel ini sudah difilmkan versi Swedia lengkap, tapi kalau versi amrik baru yang dragon tattoo saja.
Comments
Post a Comment