[REVIEW] Spoiler Alert! ~ Rindu - Tere Liye (Part III)

Disclaimer: Terdapat edit di sana-sini untuk keperluan penulisan post supaya lebih 'nyambung'. Untuk pengalaman membaca yang lebih lengkap, beli bukunya yah ^^

"Sejak kami menikah, hidupku tak memiliki pertanyaan lagi, Gurutta. Aku sudah memiliki semua jawaban. Buat apa bertanya? Aku menghabiskan hari dengan pasti. Aku bahagia, bersyukur atas setiap takdir yang kuterima. Tapi hari-hari ini, aku tidak bisa mencegahnya. Pertanyaan itu muncul di kepalaku. Kenapa harus terjadi sekarang, Gurutta? Kenapa harus ketika kami sudah sedikit lagi dari Tanah Suci? Kenapa harus ada di atas lautan ini. Tidak bisakah ditunda barang satu-dua bulan? Atau, jika tidak bisa selama itu, bisakah ditunda hingga kami tiba di Tanah Suci, sempat bergandengan tanagn melihat Masjidil Haram. Kenapa harus sekarang?" Mbah Kakung bertanya dengan suara tuanya yang bergetar.

... Mbah Putri meninggal di atas kapal. 


"Yang pertama, lahir dan mati adalah takdir Allah. [...] Kang Mas, Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi baik untuk kita.[...] Jika Kang Mas merasa berhak bertanya kenapa harus sekarang Mbah Putri meninggal, maka izinkan saya betanya, kenapa 12 April 1878, Kang Mas harus berjumpa dengan seorang gadis cantik di pernikahan saudara. Kenapa pertemuan itu harus terjadi?"

[...]

"Tapi kembali lagi ke soal takdir tadi, mulailah menerimanaya dengan lapang hati, Kang Mas. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. [...] Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau mendustakannya."

"Yang kedua, biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan, Kang Mas. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. [...]"

"Dalam Al Quran, ditulis dengan sangat indah, minta tolonglah kepada sabar dan shalat. [...] Dalam situasi tertentu, sabar bahkan adalah penolong paling dahsyat. Dan shalat, itu juga penolong terbaik tiada tara. [...]"

"Yang ketiga, mulailah memahami kejadian ini dari kacamata yang berbeda, agar lengkap. Apa itu? Mbah Putri meninggal di atas kapal. Mungkin itu kelihatannya buruk. Tapi tidakkah kita mau melihat dari kacamata yang berbeda, Kang Mas, bahwa Mbah Putri meninggal di atas kapal yang menuju Tanah Suci, dan dia menghembuskan napas terakhirnya saat sedang shalat Shubuh."


Sebuah pertanyaan tentang takdir. Yang sering kita pertanyakan. Mengapa harus begini? berandai-andai, seandainya saja begitu maka akan begini. Seakan kita yang menentukan semua. Seakan kita tahu hasil akhir dari sesuatu.

Dan seakan kita berhak mengatur keputusan Tuhan.

Astaghfirullah, ampuni hamba-Mu ini, ya Allah.

We have to struggle for life, but either it throws you good or bad times, we have to keep smiling to it. And keep struggling. Trying. That all what's human can do.

Regards,
Hana

Comments