Alam Otak adalah Alam Persepsi

Saya baru saja memulai membaca sebuah buku yang sedikit 'berat', baru beberapa halaman pertama dan menemukan satu bab-nya yang berjudul demikian, "Alam Otak adalah Alam Persepsi". Di situ tertulis, seluruh peristiwa yang terjadi di sekitar kita, ketika tertangkap oleh otak, maka semuanya diubah menjadi persepsi. Bila diumpamakan, otak kita adalah layar monitor yang menerima informasi yang tertangkap oleh kamera. Pada manusia, kamera yang dimaksud adalah mata, telinga, penciuman, pengecap, dan perasa yang merupakan panca indera kita.

Mata mengubah cahaya yang masuk ke retina menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke pusat penglihatan di otak. Telinga mengubah getaran suara yang masuk ke gendang telinga menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Demikian pula yang terjadi di indera penciuman, pengecap dan peraba.

Maka, ketika 'kamera' tersebut rusak, lantas 'image' yang ditangkap oleh monitor, alias otak, juga akan berkualitas jelek yang akhirnya menghasilkan persepsi yang salah. Kita sebagai manusia, tidak bisa berinteraksi langsung dengan dunia luar yang berupa fakta. Kita hanya bisa memahami fakta setelah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang ditampilkan di layar monitor berupa otak. Oleh karena itu, kualitas otak dan seluruh sistem sensorik itu menjadi 'jaminan' terhadap kualitas persepsi seseorang.

Di sini saya tidak membicarakan kualitas otak berupa 'kepandaian' atau 'kebodohan' seseorang. Saya yakin, semua orang sebenarnya memiliki kepandaian di bidangnya masing-masing, yang artinya tidak ada orang yang benar-benar bodoh. tapi bukan itu yang ingin saya bicarakan di sini.

Saya lebih berpikir bahwa yang kita terima, semua fakta dan pemikiran kita, sebenarnya semua adalah persepsi. Mungkin hal yang kita lihat sama, tapi otak kita mungkin menerima yang berbeda. Sepertinya tulisan ini sedikit nyambung sama posting saya sebelumnya. Kalau belum baca, klik di sini. Pada intinya, saya jadi berpikir, ketika kita dilatih untuk berpikir positif, maka persepsi yang akan dibuat oleh otak dari sinyal-sinyal listrik yang diterimanya juga akan positif dan demikian sebaliknya. Dan bagaimana cara untuk membuat persepsi positif? Mungkin melalui pembiasaan sejak dini, dari kita kecil, yang semuanya bisa terbentuk dari pengaruh lingkungan kita tumbuh.

Saya sendiri sering berpikiran buruk. Padahal, keluarga saya, dimana di situlah pengaruh terdasar dari perkembangan saya, selalu mengajarkan untuk berpikiran positif, tidak pernah menganggap sesuatu yang tidak sesuai rencana adalah sebuah kegagalan.  Saya sendiri sedang belajar untuk selalu berpikir positif.  Seperti menghipnosis diri saya sendiri, bergumam kalimat-kalimat positif sendiri, dan lain-lain. Mungkin ini asal-usul saya membaca buku yang sedikit berat ini. Nanti, jika ada hal menarik untuk ditulis dari buku ini, saya akan menulis lagi. Jika penasaran buku apa yang saya maksud, ini saya tautkan sedikit prolog buku.

Comments

  1. nambahin artikel yang pernah takbaca tentang hubungan positive thinking sama happiness ci..
    http://pocket.co/sQtKs

    ReplyDelete
    Replies
    1. woaa,ya,barusan q buka link itu :D
      belajar buat stay positive deh,biar sehat lahir batiin..hehehe
      anw,kasih nama dong kalo komen..q kan jadi gatau ini siapaa --a

      Delete

Post a Comment