Ganti Nomor HP dan Sadar

Judulnya tampak gak nyambung ya? Memang gak nyambung, kok, karena di post ini saya akan menceritakan dua hal yang berbeda namun terjadi sebab-akibatnya di hari ini.

Yahh, karena sesuatu dan lain hal, akhirnya saya menonaktifkan nomor HP yang saya pakai sejak SMP. Dan hari ini, hal itu tampaknya membawa dampak yang kurang menyenangkan. Sebenarnya saya sudah woro-woro ke teman-teman kalau nomor HP saya ganti dengan nomor baru. Sms pun sudah saya lakukan dengan nomor yang baru. Namun mungkin ada miss yang akhirnya saya ketinggalan sebuah jarkom penting, mungkin karena salah klik ke nomor lama. Bukan salah pengirim, tapi bukan salah saya juga. Yang salah ya nomor HPnya, ngapain pakai ganti" nomor segalaa.. Alhasil saya datang ke acara penting nelaaaaat banget!

Sebelumnya, saya nggak pernah telat selama itu. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang selalu berangkat awal, walaupun sejak kuliah saya mulai meremehkan ketepatan waktu, tapi tidak pernah saya telat sampai satu jam, apalagi di acara penting! Serius, saya merasa gak enaaaak banget sama teman-teman yang lain, merasa saya mengacaukan acara itu. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur, saya juga sudah minta maaf. Sekali lagi, deh, buat teman-teman yang bersangkutan dan kebetulan membaca post ini, saya sangaaaaat minta maaf. :(

Sampai sekarang pun, keadaan sudah malam dan tidak ada yang mempermasalahkan keterlambatan saya tadi, saya masih uring-uringan. Kemudian saya sadar, 'oya, dulu pernah ngisi kuis, dibilang saya orang yang melankolis'. Saya buka lagi analisa tentang sifat orang melankolis.

Orang melankolis itu terjadwal, suka berubah-ubah temperamennya, suka teori dan cenderung sulit bersosialisasi, pendendam, melihat masalah dari sisi negatif, mengingat negatif, tertekan, mudah merasa bersalah, terlalu menganalisa dan merencanakan, sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya, serba tertib dan teratur, menghindari perhatian, dan lebih suka di belakang layar. Sebenarnya masih banyak lagi. Kalau mau tahu lebih lengkap, buka saja ini.

Saya kemudian sadar, ya ternyata benar, saya lebih suka hal yang terencana, bukan yang mendadak. Saya mudah tertekan dan merasa bersalah, memikirkan yang berat-berat dan negatif, sensitif, tidak suka menjadi pusat, cenderung diam saja, tidak bersosialisasi (sepertinya saya butuh psikiater). Saya selalu berusaha membuang pikiran negatif, tapi sulit sekali. Saya selalu berusaha cuek dan santai menghadapi masalah, tapi kok susah ya?

So, please, let me know if I'm start worrying too much. :)

Comments