Berawal dari cari-cari ide untuk program kerja KKN, saya ngobrol-ngobrol dengan kakak saya dan ditawari untuk belajar membuat jamu. Saya pikir, karena tidak ada ide lain ya dicoba saja dulu. Lagipula pada waktu survey, pak desa bilang kalau orang desa situ suka minum jamu apa gitu, saya lupa. Akhirnya saya membuat janji dengan kakak untuk 'dikursusi' hari ini.
Pagi-pagi saya ke pasar untuk beli jahe [yang gampang dicari] untuk bahan utama. Pada dasarnya bahan apapun sama cara membuatnya, ya ada yang berbeda tapi beberapa saja. Tapi karena saya mencari yang paling sederhana membuatnya, ya jahe saja. Setelah itu agak siang saya berangkat ke rumah kakak dengan membawa jahe setengah kilo dan gula satu kilo. Begitu sampai, saya mendapat 'kuliah' tentang macam-macam cara penyimpanan bahan-bahan jamu supaya lebih awet dan pengolahannya. Walaupun 'kuliah'nya instan dan poin penting saja yang disampaikan, setidaknya saya mengerti intinya.Setelah beberapa menit mendapat teorinya, kami beranjak ke dapur dan memulai proses pengawetan jahe yang paling sederhana cara dan alat pembuatannya, yaitu dengan cara ekstraksi.
Pertama, jahe dicuci bersih lalu dipotong kecil-kecil dan diblender. Kalau tidak ada blender [seperti di desa saya nanti] bisa diparut. Lalu diperas untuk diambil sarinya saja. Kalau diparut, ya, berarti ditambah air dulu sedikit baru diperas. Banyaknya air custom, tergantung seberapa kuat rasa ekstrak jahe yang kita inginkan nantinya. Setelah dapat sarinya, ditambah gula sebanyak 4 kali atau 8 kali banyak sari jahe. Semakin banyak gula, semakin banyak hasil ekstraksi nanti dan semakin manis juga nanti rasanya. Setelah itu campuran tadi direbus dengan api keciiiil sekali sambil diaduk terus, tidak boleh berhenti. Di sinilah yang paling capek, mengaduk-aduk terus sampe tangan pegel gak boleh berhenti. Sampai akhirnya nanti jadi bubuk tuh campurannya. Jadi deh ektrak jahe seperti yang dijual kemasan di toko-toko.
Saya juga baru tahu kalau ternyata jahe yang digunakan sebenarnya bukan jahe seperti yang dijual di pasar, tapi nggak apalah, untuk belajar saja, yang penting sudah tahu caranya. Produk-produk minuman bubuk semacam nutrisari, angetsari, dan lain-lain, pokoknya minuman yang tinggal seduh itu, semua ternyata dibuat dengan cara sederhana tadi, hanya saja mereka dengan teknologi yang sudah canggih, jadi tidak perlu mengaduk sampai tangan berasa mau copot. Hehehe..
Berarti, besok saya bisa membuat ekstrak jus campur-campur. Membuat jamu macam-macam juga bisa. Benar-benar saya terheran-heran, kok bisa ya dari air banyak gitu jadi bubuk kering kerontang? Dengan tahu begini, kita jadi punya cara untuk menambah nilai suatu barang, kan? Jadi tambah pengen belajar banyak hal kalau begini. :D
Hasil karya saya, jahe bubuk instan. Sudah dikemas, walaupun mengemasnya masih gak rapi. Maklum, masih amatir..Hehe |
manfaatkanlah tumbuhan yang telah diciptakan Tuhan untuk kita semua karena sudah terbukti bahwa yang diciptakannya itu tidak sia-sia melainkan banyak guna dan manfaatnya
ReplyDeletemanfaatkanlah tumbuhan yang telah diciptakan Tuhan untuk kita semua karena sudah terbukti bahwa yang diciptakannya itu tidak sia-sia melainkan banyak guna dan manfaatnya
ReplyDeleterobana ma qolaqta hadza bathila.
ReplyDelete