Akhir-akhir ini, saya suka mendengarkan dosen berbicara di depan dan mencatat apa yang beliau bicarakan. Namun, seringnya yang saya catat bukan materi kuliahnya tapi kalimat-kalimat yang kadang tepat, akurat, dan bermanfaat untuk direnungkan.
Seperti minggu lalu, saya mendapat catatan "Dalam memilih apapun, pilihlah yang bisa meningkatkan aset Anda berlipat-lipat. Bahkan untuk mencari pasangan hidup sekalipun." Di sini saya menemukan bahwa kalimat itu sejalan dengan potongan percakapan dalam film This Means War yang waktu itu saya tonton: "Don't choose better guy, but choose guy that makes you better," walaupun 'guy' di sini bisa kita perluas menjadi segala pilihan yang tersedia untuk kita. Maka, dari situ saya menarik kesimpulan, bahwa dengan segala pilihan yang ada, kita harus memilih satu yang terbaik untuk kita, yang bisa mendorong kita untuk menjadi lebih baik dari masa lalu. Seperti pepatah yang sering saya dengar bahwa hidup adalah pilihan, dimana setiap pilihan membawa resiko dan dampak sendiri-sendiri yang akan kita tanggung begitu kita memilih satu pilihan itu. Memang tidak mudah memilih satu dari sejuta pilihan yang ada. Oleh karena itu, kita harus benar-benar berpikir serius untuk membuat pilihan sepaket dengan segala resikonya. Bagaimanapun, begitu kita memilih, jangan lagi ragu dengan pilihan itu.
Lalu renungan di atas begitu saja nyambung dengan percakapan antara Alif dan ayahnya di film Negeri 5 Menara yang beberapa hari yang lalu baru saja saya tonton. Percakapan ini terjadi setelah ayah Alif menjual kerbau miliknya demi menyekolahkan Alif ke Pulau Jawa. Saat itu, transaksi jual-beli sangat aneh, yaitu si Ayah memasukkan tangannya ke balik sarung penjual yang dikalungkan di leher penjual. Entah kode-kode tangan apa yang mereka lakukan tapi tiba-tiba terjadi kesepakatan harga. Kemudian, kepada Alif si Ayah berkata, kurang lebih seperti ini: "Kau tahu mengapa Ayah memasukkan tangan ke sarung penjual tadi? Kalau Ayah tidak memasukkan tangan Ayah, Ayah tidak akan tahu berapa harga yang diinginkan penjual itu untuk kerbau kita. Sama dengan kamu, kau tidak akan tahu apapun sebelum menjalaninya. Jalani, baru kau akan tahu," ucapan itu ditujukan untuk Alif yang tidak mau melanjutkan sekolah di pesantren. Intinya, saya menyambung-nyambungkan, bahwa begitu kita memutuskan untuk memilih satu pilihan, jangan ragu, karena kita tidak akan tahu sebelum menjalaninya sendiri. Jalani dan rasakan, baru kita akan tahu. Resiko apapun, itu sudah sepaket dan konsekuensi dari pilhan yang kita buat sendiri. Jangan menyesali pilihan yang sudah Anda buat.
Mungkin terbaca mudah, walaupun saya sendiri tahu prakteknya susah sekali untuk dijalankan. Saya sendiri suka ragu dengan keputusan apapun yang saya buat sendiri. Tapi, bukankah kita sebagai manusia harus selalu belajar?
Comments
Post a Comment