Saya merasa harus menulis tentang uneg-uneg ini yang entah mengapa selalu muncul sejak sabtu kemarin..Jadi yah, here we go..
Jadi ceritanya hari Sabtu kemarin saya ikut ayah saya ke tempat kerja. Sore itu beliau sengaja menelatkan diri karena tahu di jalan ada karnaval sore itu, daripada terjebak macet tak berujung, lebih baik berangkat agak telat. Tapi karena saya dan ibu ingin segera berangkat, jadilah berangkatnya justru lebih awal.
Saat itu kami sampai di titik menjelang karnaval itu sudah sore, sekitar pukur lima lebih, sudah menjelang maghrib. Macetnya beneraaan, banget banget deh. Sampai akhirnya udah maghrib pun acara belum selesai. Kami masih terjebak macet dan peserta karnaval masih jalan-jalan dan jogetan sepanjang jalan. Kami ingin berhenti di masjid pun tidak bisa, karena masjid (yang letaknya tepat di depan lapangan titik finish karnaval) pagarnya ditutup dan di trotoarnya penuh kendaraan parkir dan orang berjualan. Masjid itu sepi. Pukul 6 lewat kami masih terjebak macet, mulai panik mencari tempat sholat dan bagaimana untuk bisa menepi (jalannya penuh sesak). Barisan karnaval masih asik berjoget ala caesar di pinggir jalan. Oya, karnaval yang kemarin saya lihat, hanya sedikit peserta karnaval yang memakai pakaian adat bermacam-macam seperti zaman saya kecil dulu. Justru yang banyak saya lihat adalah pakaian aneh-aneh yang nyentrik, semacam pakaian JFC (Jember Fashion Carnival). Padahal kemarin itu karnaval kecamatan lho ya, di desa gitu..
Oke, ga masalah sih mau karnaval pakai baju aneh-aneh. Hak mereka juga. Cuma saya miris aja, terus kebudayaannya mana? Bhineka Tunggal Ikanya mana? Sabang sampai Meraukenya mana? Hmmm, semakin memudar ya tampaknya...
DAN yang paling saya miris, kok ga ada yang bingung mau sholat? Panggilan sholatnya tertutup musik joget itu yah jadi 'ga merasa' dipanggil? Dipanggil Yang Maha Kuasa baru deh, ga bisa apa-apa kan.. Hehehe...
Yahh, bangsa kita ini tampaknya gampang sekali kalau diajarkan hal-hal berhubungan tren, mode, gaya-gayaan, tapi kalau mengenai kebaikan seperti peraturan-peraturan, norma-norma, dan semacamnya yang berhubungan dengan kepentingan bersama biasanya banya protes/pro-kontra. Ya entah ini menurutku saja atau Anda juga berpikir sama.
Pokoknya kemarin itu saya lihat para anak sekolahan bersama guru-gurunya berjoget ria di pinggir jalan itu, bawaannya kasiaaan gitu. Gatau deh kasian kenapa. Yang ada di pikiran saya cuma semacam ada pembodohan di sini. Kita semua diberi/diajarkan banyak sekali kesenangan-kesenangan hidup, untuk menikmati dan have fun menjalani hari-hari, tapi tanpa dibekali ilmu untuk mendapat kesenangan yang 'sebenarnya'.
Comments
Post a Comment