Bagi para ibu yang sedang menunggu kelahiran buah hati, pasti bingung apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyambut kehadiran si bayi mungil. Hal ini terutama berlaku bagi ibu yang baru pertama kali menghadapi momen melahirkan. Saya pun dulu demikian. Selain mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi persalinan, saya juga bingung dengan barang apa saja yang perlu disiapkan untuk menyambut si kecil. Saya mencoba googling dan banyak dari review yang saya baca lebih ditujukan untuk ibu bekerja yang membutuhlan 'peralatan perang' pumping demi mempersiaplan stok ASIP di rumah juga printilan lainnya yang mempermudah membawa bayi bepergian/ditinggal. Sementara bagi saya, yang full time menghabiskan waktu di rumah, kebanyakan printilan yang disebutkan dirasa berlebihan.
Dasar emak-emak, saya perhitungan banget dan anti-mubazir dalam membeli perlengkapan bayi. Basic needs seperti pakaian, alat mandi, alat tidur dan lainnya saya beli secukupnya. Saya tidak banyak membeli pakaian dan hanya beli pakaian rumah/tidurnya saja karena menurut saya bayi cepat sekali besarnya. Sayang kalau belum terpakai sudah kekecilan sementara bayi baru lahir kan bakal jarang banget pergi-pergi jadi takut mubazir. Di luar basic needs itu, ternyata ada printilan lain yang penting banget untuk dipersiapkan dalam menyambut persalinan, bahkan bagi ibu yang menghabiskan seluruh waktunya di rumah seperti saya. Apa sajakah itu?
1. Pompa ASI
Menjelang persalinan, saya mempertimbangkan untuk membeli peralatan bayi yang lebih advance seperti alat pumping. Saat itu ibu saya menyarankan untuk tidak usah beli pompa ASI karena asumsinya saya akan selalu bersama Ayesha sehingga bisa selalu DBF (Direct Breast Feeding). Beliau pun yang merupakan ibu bekerja tidak pernah memerah ASIP. Zaman dulu masih jarang kan ya ibu-ibu pumping. Tapi entah mengapa saya ada feeling kalau mempersiapkan alat pumping itu perlu. Siapa tahu produksi ASI kurang, maka bisa distimulasi dengan rajin pumping. Atau, siapa tahu saya atau Ayesha sakit, yang menyebabkan produksi ASI sedikit atau kesulitan DBF (naudzubillah), maka perlu ASIP.
Jadilah saya beli pompa ASI manual Philips Avent. Menurut saya waktu itu pompa ASI manual Philips Avent worth the money dari review tentang pompa manual yang saya baca. Mengapa pilih manual? Karena saya pikir saya bakal jarang pumping mengingat saya akan 24 jam bareng sama Ayesha.
Sumber: www.philips.co.id |
Qadarullah, tepat setelah melahirkan saya mengalami kesulitan menyusui. Dalam hal ini bukan produksi ASI yang bermasalah melainkan proses latching Ayesha untuk menyusu agak mengalami kesulitan karena suatu hal. Akibatnya, saya merasa kesakitan akibat ASI yang menumpuk dan mulai menyumbat saluran ASI. Akhirnya, pompa ASI menjadi andalan di awal masa menyusui saya hingga kurang lebih seminggu setelah melahirkan. Pompa ASI menjadi penyelamat saya terhindar dari mastitis.
Karena pengalaman saya itu, akhirnya saya rutin pumping demi menghindari penyumbatan saluran ASI. Lama kelamaan pegel juga tangan ini pakai pompa manual, sampai akhirnya suami nyuruh saya beli lagi pompa ASI elektrik. Saya tidak mau beli pompa ASI elektrik yang terlalu mahal karena takut lebay untuk saya yang IRT, tapi juga takut produk abal kalau terlalu murah. Akhirnya pilihan saya jatuh pada pompa ASI elektrik Little Giant seri Nano. Harganya masih di bawah pompa ASI manual Philips Avent, tapi dia double pump jadi bisa lebih menghemat waktu.
Sumber: asibayi.com |
2. Pompa ASI Silikon
Buat ibu-ibu yang nggak mau stock ASIP tapi mengalami masalah dengan ASI yang suka merembes saat sedang menyusui, pompa ASI Silikon ini saya rasa sangat sangat membantu. Pompa ASI silikon yang saya pakai adalah dari merk Mooimom. Sebelumnya saya maju mundur juga mau beli produk ini, takut useless aja. Tapi ternyata, justru pompa ASI ini yang belakangan paling sering saya pakai.
Sumber: www.mooimom.id |
Semakin ke sini saya mengurangi frekuensi pumping karena agak keder melihat stok ASIP yang makin banyak sementara kapasitas freezer rumah terbatas dan Ayesha juga prefer DBF. Di saat yang sama saya juga sebel kalo ASI ngerembes di pakaian saat saya sedang menyusui. Pompa ASI Silikon dari Mooimom inilah yang menjadi andalan saya sebagai pompa sekaligus milk saver karena walaupun mau ngurangin stok ASIP, saya tetep ngerasa sayang kalau ada ASI yang terbuang percuma.
Cara memakai pompa ASI Silikon Mooimom ini sangat mudah. Ga perlu narik-narik tuas kayak pompa manual, tanpa suara berisik seperti pompa elektrik, tapi bisa menghasilkan ASIP lumayan banyak. Untuk saya paling tidak bisa hasilkan 40 ml dalam waktu kurang dari 15 menit, tanpa melakukan apa-apa cuma ngeliatin Ayesha yang sedang nen saja. Hemat waktu, hemat tenaga.
Saya kurang tahu ya kalau pompa silikon merk lain apakah berkinerja sebaik ini. Tapi saya rekomen deh pompa ASI Mooimom punya. Harganya ga mahal dan kinerjanya memuaskan. Dipakenya pun nyaman, lho!
3. Botol Penyimpan ASIP
Kalau kita pumping dan punya stok ASIP, otomatis kita butuh tempat penyimpanannya. Saya lebih prefer pakai botol kaca daripada kantong plastik karena bisa dipakai berulang-ulang, jadi lebih hemat ya. Meskipun pakai botol artinya lebih makan tempat dan lebih rempong karena harus cuci-steril mulu. Botol ASIP yang saya pakai merk-nya BKA, tapi mungkin sama saja ya sama botol kaca merk lain.
Oya, untuk botol dotnya, saya nggak beli sih. Karena dari pompa ASI yang saya beli sudah dapet botol dot dan alhamdulillah dari rumah sakit tempat saya melahirkan juga dapet botol dot 2 buah. Waktu itu saya masa bodoh sama fenomena bingung puting sih karena prioritasnya Ayesha yang baru lahir bisa minum ASI di tengah saluran ASI saya yang tersumbat. Jadi saya nggak pilih-pilih juga botol dot maupun nipple botolnya kayak apa. Alhamdulillah Ayesha nggak pernah bingput. Smooth aja dia mau pindah-pindah, mau DBF atau minum dari botol ayo aja. Alhamdulillah.
4. Bantal Menyusui
Ini hal kecil tapi ternyata sangat membantu. Dulu saya pikir bantal menyusui tuh nggak penting. Saya berencana kalau butuh bantal ya pakai bantal biasa saja sebagai ganjal. Tapi entah kenapa setiap saya coba ganjal pakai bantal biasa saat menyusui, saya nggak pernah ngerasa pas dan nyaman. Entah posisi Ayesha yang jadi ketinggian, kurang tinggi, atau membuat saya ga bisa menyusui sambil bersandar. Akhirnya selama sebulanan saya menyusui tanpa penopang apapun.
Awalnya masih oke karena Ayesha kebetulan lahir kecil. Tapi lama-lama tangan saya sakit seiring bertambahnya berat badan bayi. Bahkan, pergelangan tangan saya jadi mengalami trauma yang membuat saya semakin kesulitan menggerakkan tangan dan jari. Akhirnya saya mencoba beli bantal menyusui dan it works wonder! (Lebay)
Tapi iya lho, bantal menyusui ini sangat menolong dan menambah kenyamanan saat menyusui berkali-kali lipat. Bahkan, kita bisa menyusui sambil bersandar dengan nyaman. Saya bisa sampai ketiduran, Ayesha pun ketiduran, tanpa takut dia tergelincir jatuh.
5. Penyedot ingus
Menurut saya, ibu-ibu harus sedia alat penyedot ingus. Bukannya berharap, tapi bayi itu mudah sekali tertular penyakit kalau ada orang di sekitarnya yang lagi sakit. Qadarullah, Ayesha pun ngalamin sakit pilek di usianya yang baru akan menginjak 2 bulan. Entah tertular orang rumah atau alergi dingin seperti saya.
Penyedot ingus yang saya pakai merknya Pigeon. Bentuknya berupa selang penyedot yang terhubung dengan tabung penampung ingus. Dengan model seperti ini ingus yang tersedot tidak akan masuk ke selang melainkan akan langsung tertampung dalam tabungnya.
Sumber: www.google.com |
Penyedot ingus ini sangat membantu untuk menolong bayi mengeluarkan ingusnya. Kalau zaman dahulu, ibu saya nyedot ingus bayi direct ke hidung bayinya karena nggak ada alat kayak gini. Tapi karena sekarang udah makin canggih, jadi kita udah bisa sedot ingus bayi tanpa harus kontak langsung dengan hidung bayi sehingga lebih higienis.
6. Termometer
Lagi-lagi untuk penanggulangan penyakit, termometer ini sangat sangat perlu. Demam pada bayi itu bisa berbahaya karena bisa menimbulkan kejang, bahkan kerusakan otak kalau dibiarkan dan nggak dipantau. Maka, kalau bayi sakit, kita perlu memantau suhu tubuhnya jangan sampai demam terlalu tinggi dan kita nggak aware.
Dari rumah sakit sebenarnya saya diberi termometer manual yang masih pakai raksa. Tapi, saat saya coba ke Ayesha, dia selalu kaget dan terbangun saat ditempelkan termometer itu ke badannya sehingga sulit sekali untuk tahu hasilnya. Akhirnya saya beli termometer infrared yang tidak perlu ditempelkan ke tubuh bisa ketahuan suhu tubuhnya. Lebih cepat dan nyaman bagi bayi.
7. Baju Menyusui
Untuk yang satu ini saya yakin ibu-ibu sudah mempersiapkannya sebelum melahirkan. Saya pun demikian. Tapi, dulu saya tahunya baju menyusui adalah baju dengan kancing atau resleting depan yang mudah untuk dibuka saat akan menyusui. Ternyata, baju semacam ini kurang nyaman untuk digunakan, terutama baju dengan kancing depan. Ibu menyusui akan kerepotan membuka dan menutup kancing/resleting setiap akan dan setelah menyusui. Kerepotan akan bertambah dengan kepanikan jika bayi menangis tidak sabar meminta ASI. Heboh, bukan?
Jadi, saya merekomendasikan baju menyusui dengan bukaan kanan-kiri. Baju semacam ini sangat mempermudah akses menyusui karena ibu tidak perlu membuka dan menutup kancing/resleting lagi.
Dari semua perlengkapan di atas, perlengkapan mana saja yang sudah ibu miliki? Menurut saya, ibu yang baru melahirkan dan menyusui sangat penting untuk merasa nyaman dan mudah dalam menjalankan setiap aktivitasnya mengasuh dan meng-ASI-hi bayinya. Selain untuk membantu mencegah dari baby blues dan stres, jika ibu merasa nyaman maka produksi ASI pun akan lebih lancar dan berkualitas.
Semoga bermanfaat, ya!
Comments
Post a Comment