Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Sudah berapa tahun yaa saya tidak menulis panjang di blog? Lagi-lagi tekad untuk konsisten menulis di blog jadi wacana saja. Sampai-sampai begitu banyak life update yang sudah obsolete 😅
So, tahun 2020-2021 (dan entah masih akan berlanjut sampai kapan) adalah tahun yang berat untuk kita semua. Pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 masih terjadi berkepanjangan, menyebabkan begitu terbatasnya ruang gerak kita secara sosial. Begitu banyak pekerja yang harus kehilangan pekerjaannya, dirumahkan, atau minimal harus bekerja dari rumah. Pun dengan kegiatan-kegiatan lain yang harus dikerjakan di luar rumah banyak yang harus ditunda, atau kalau memang harus sekali dikerjakan, wajib mengikuti protokol kesehatan ketat untuk menjaga keselamatan jiwa bersama.
Alhamdulillah, di tahun 2020 saya dan suami diberi rezeki kehamilan anak kedua. Hal itu memberi kami kebahagiaan sekaligus kekhawatiran. Bukan hanya karena mengkhawatirkan pengasuhan dengan kakaknya yang masih sangat kecil, tapi juga mengkhawatirkan bagaimana proses kehamilan akan dijalani hingga waktu melahirkan, mengingat prosedur kontrol kehamilan dan lain-lainnya sudah pasti tidak akan 'semudah' saat hamil kakaknya.
Tapi memang, alhamdulillah ala kulli hal, di tengah segala kekhawatiran dan kerempongan mengurus toddler sambil hamil, Allah selalu memberi kemudahan. Mulai dari menyapih anak pertama dengan kilat dan relatif mudah, hingga kondisi kehamilan yang cukup 'mulus', apalagi jika dibandingkan kehamilan pertama saya. Namun, ternyata hal itu juga membuat saya 'terlena' hingga kurang mempersiapkan diri untuk due date waktu bersalin.
Saat itu saya sudah tahu bahwa melahirkan saat pandemi tidak mengizinkan untuk didampingi oleh lebih dari satu orang. Pun kunjungan untuk pasien di RS pun ditiadakan. Oleh karena itu, satu hal yang paling saya persiapkan saat itu adalah bagaimana semua perlengkapan bersalin, seperti surat-surat, pakaian dan lain-lain sudah siap dan mudah ditemukan suami karena kasihan kalau ada yang tertinggal dan beliau harus mondar-mandir sendirian. Terlebih karena hanya berdua dan ada toddler yang tidak mungkin dibawa ke RS saat saya melahirkan, segala persiapan saya berfokus pada skenario keberangkatan ke RS, siapa yang akan menemani si kakak di rumah saat saya harus rawat inap, dan perlengkapan protokol kesehatan yang harus dibawa karena lingkungan RS yang saat ini sangat beresiko. Dan bisa diduga, persiapan itu ternyata jauh dari cukup untuk situasi pandemi seperti saat ini. Jadi, kali ini saya ingin berbagi pengalaman yang mungkin bermanfaat untuk ibu-ibu yang sedang hamil di masa pandemi. Yuk, disimak, ya!
Mengingat begitu terbatasnya ruang gerak kita saat pandemi, maka membuat hal-hal menjadi lebih singkat dan mudah menjadi sebuah keutamaan. Selain itu, keberadaan virus yang tak terlihat tapi terus mengincar kita membuat protokol kesehatan menjadi sebuah prioritas. Maka, berikut beberapa catatan yang saya ambil dari pengalaman hamil dan melahirkan saat pandemi seperti saat ini:
- Lokasi Rumah Sakit yang Dekat
Poin ini jelas merupakan salah satu prioritas. Saat hamil, kita tidak bisa menduga kapan ada situasi darurat yang mengharuskan kita harus segera ke rumah sakit. Belum lagi jika seperti sekarang terdapat pembatasan wilayah, yang mempersulit mobilitas di dalam kota sekalipun. Jadi, bagi saya memilih rumah sakit yang terdekat merupakan poin yang utama.
- Pilih Rumah Sakit yang Relatif Sepi
Saat pandemi seperti sekarang kita sangat dianjurkan untuk menghindari keramaian, apalagi kerumunan. Terlebih di rumah sakit, dimana ada banyak virus dan bakteri yang berkumpul jadi satu. Kita tidak tahu orang di sebelah kita datang ke rumah sakit karena penyakit apa, kan? Jadi, saya akan lebih suka memilih rumah sakit yang tidak terlalu ramai.
Rumah sakit yang tidak terlalu ramai, selain meminimalisir terjadinya kerumunan atau penumpukan pasien, juga memungkinkan untuk kita mendapat pelayanan lebih cepat karena antrian yang tidak terlalu banyak. Dengan begitu, kita bisa segera menyelesaikan urusan di rumah sakit dan menyingkir dari paparan resiko penyakit menular.
- Prosedur Rumah Sakit yang Tersingkat
Poin ini juga sangaaaat penting! Prosedur singkat bukan berarti melonggarkan protokol kesehatan, ya.. Yang saya maksud di sini adalah prosedur terkait prioritas penanganan, atau sesimpel karyawan rumah sakit yang bekerja cepat dan tepat. Hal ini menjadi sangat penting, karena saat pandemi seperti ini prosedur penerimaan pasien menjadi lebih panjang. Bisa dibayangkan jika prosedur yang lebih panjang ini tidak dibarengi dengan kecepatan pelayanan, ibu yang akan melahirkan akan menunggu sangat lama sampai akhirnya bisa masuk ke ruang bersalin.
Poin yang satu ini menjadi catatan penting untuk saya karena di kehamilan kemarin saya memilih rumah sakit dengan tidak memprioritaskan hal ini. Akibatnya, saya melahirkan di IGD RS tanpa sempat naik ke ruang bersalin akibat lamanya prosedur RS tidak dibarengi ketepatan prioritas penanganan.
- Penuhi Kebutuhan Vitamin Sebaik Mungkin
Salah satu kesalahan saya di kehamilan kedua ini adalah menyepelekan konsumsi suplemen vitamin tambahan. Di kehamilan kedua ini, alhamdulillah, sangaaat dimudahkan oleh Allah karena saya tidak ada masalah makan dan setiap kontrol bulanan pun semua baik-baik saja. Berbeda dengan kehamilan pertama yang begitu banyak 'vonis' seperti ketuban kurang lah, berat janin kurang lah, di kehamilan kedua ini semuanya sangat sehat dan normal. Kondisi yang 'nyaman' itu membuat saya menyepelekan konsumsi suplemen karena saya pikir semua kebutuhan nutrisi telah tercukupi dari makanan yang saya makan. Hingga akhirnya di bulan kedelapan, saya terpaksa ganti dokter karena dokter sebelumnya tiba-tiba resign.
Dokter yang baru ini menyarankan saya untuk tes darah lengkap untuk antisipasi saat proses persalinan nanti, mengingat saya ada riwayat anemia dan (nyaris) BBLR di anak pertama. Dan benar saja, ternyata Hemoglobin saya drop dan kadar ferritin saya sangaaat rendah. Hal ini meningkatkan resiko pendarahan saat persalinan nanti.
Mengingat usia kandungan yang sudah 'tua' dan persalinan sudah bisa terjadi sewaktu-waktu, akhirnya saya diminta untuk infus fenover sebanyak 4 kali dengan jeda setiap dua hari sekali. Hal ini membuat saya harus bolak-balik RS untuk infus di IGD RS. Hal ini jelas cukup bikin was-was mengingat masa pandemi seperti saat ini IGD RS bukan tempat yang aman sama sekali. Oleh karena itu, akan sangat baik jika ibu hamil disiplin mengkonsumsi suplemen yang diresepkan dokter untuk meminimalisir kejadian tidak diinginkan seperti ini.
- Timing untuk Swab Antigen/PCR
Hal ini juga perlu diperhitungkan dan dibicarakan dengan dokter kandungan Anda. Saran saya, sebisa mungkin PCR berkala di minggu-minggu terakhir kehamilan, sehingga ketika kontraksi melahirkan tiba-tiba terjadi, Anda sudah mengantongi surat hasil PCR yang memudahkan penanganan saat persalinan. Poin ini cukup menjadi masalah saat persalinan saya kemarin, karena saya mengalami kontraksi saat belum melakukan PCR. Jadi, bisa dibayangkan saya melakukan PCR dan swab antigen sekaligus saat kontraksi sedang hebat-hebatnya. Plus, saya harus menunggu hasil PCR sebelum diperbolehkan naik ke ruang bersalin, yang tentu saja ini sangat merepotkan karena kita tidak tahu mana yang lebih dulu terjadi: pembukaan lengkap atau hasil PCR?
- Datang ke RS se-awal mungkin
Ini penting sekali! Lagi-lagi karena pandemi menyebabkan prosedur penanganan pasien lebih panjang, membuat kita butuh waktu sebanyak yang memungkinkan untuk bisa mengurus semua prosedur sebelum pembukaan lengkap dan harus melahirkan saat itu juga.
Sebuah kesalahan saya kemarin, saya datang ke IGD saat kontraksi sudah agak rapat. Yaaa bagaimana lagi karena sebelum berangkat saya harus menyiapkan anak pertama saya, nyuapin, mandiin, sampai menunggu orang yang mau dititip anak pertama di rumah sampai akhirnya bisa berangkat ke RS saat kontraksi sudah mulai pendek-pendek. Waktu itu saya hanya menghabiskan waktu sekitar 2-3 jam sampai akhirnya sudah bukaan lengkap dan terpaksa harus melahirkan di IGD.
Kalau poin yang ini sepertinya sudah pasti dipahami ya oleh semua bumil. Mulai dari masker, hand sanitizer, sanitizer udara dan barang-barang, face shield, dan baju ganti yang agak lebih agar bisa ganti baju bersih lebih sering. Saat proses persalinan pun kemarin saya pakai masker. Engap sih, tapi yaaa demi keselamatan kita sendiri dinikmati saja, ya!
Sepertinya cukup itu 7 poin penting yang harus diperhatikan oleh para bumil untuk mempersiapkan diri hingga persalinan di maaa pandemi. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sedikit pengalaman yang saya bagikan di atas bisa diambil pelajarannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Comments
Post a Comment