[REVIEW] Spoiler Alert! ~ Rindu - Tere Liye (Part II)

Disclaimer: Terdapat edit di sana-sini untuk keperluan penulisan post supaya 'nyambung'. Kalau pengen baca lengkap dan aslinya, beli bukunya yah^^

"Apakah aku bahagia, Gurutta? Aku tidak tahu." Daeng Andipati menunduk menatap meja.

"Aku memang memiliki semuanya, harta benda, nama baik, pendidikan, bahkan istri yang cantik, anak-anak yang pintar dan menggemaskan. [...] Apakah aku bahagia? Hidupku dipenuhi kebencian, Gurutta [...]"

"Sejak melihat Gurutta di masjid kapal, aku sudah ingin bertanya. Bagaimana mungkin aku pergi naik haji membawa kebencian sebesar ini? Apakah Tanah Suci akan terbuka bagi seorang anak yang membenci ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan, melupakan semua? [...] Aku lelah dengan kebencian ini." 
 Gurutta berhenti sejenak. Menatap lembut Daeng Andipati di hadapannya.

"Bagian yang pertama adalah, ketahuilah, Andi, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri saat mebenci orang lain. Ketika ada orang jahat membuat kerusakan di muka bumi, misalnya, apakah Allah langsung mengirimkan petir untuk menyambar orang itu? Nyatanya tidak. Bahkan dalam beberapa kasus, orang-orang itu diberikan begitu banyak kemudahan, jalan hidupnya terbuka lebar [...] Itu hak mutlak Allah. Karena keadilan Allah selalu mengambil bentuk terbaiknya, yang kita tidak selalu paham."

"[...] Tapi coba pikirkan hal ini. Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? Padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-ngaturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri."

"[...] Ketahuilah, Nak, saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. [...] Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati."

"[...] Kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus  tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, dengan penghapus yang canggih, dengan apapun. Tapi tetap tersisa bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong."

"Buka lembaran baru, tutup lembaran yang pernah tercoret. Jangan diungkit-ungkit lagi."
Thoughtful.
Penuh dengan inspirasi. Dikemas dengan sangat apik, mengajak pembaca untuk berkaca, Daeng Andipati tidak sendiri.

Banyak dari kita yang membenci orang lain. Atau terkadang, kita sudah merasa memaafkan, tapi sering mengungkit atau mengkaitkan si A dengan kesalahan A, B, C, D.

Dan itu adalah hal yang tidak sehat. Justru membuat sakit diri kita sendiri. Penyakit hati, yang menggerogoti tubuh dari dalam, tanpa kita sadari.

Hal utama setelah membaca bagian Daeng Andipati dalam novel Rindu ini adalah, Gurutta membuat diri ini berpikir: Apakah aku bahagia?

Regards,
Hana




Comments