‘Hah, apa-apaan ini? Aku terpaksa mengikuti audisi semacam ini demi
uang! Yah, tapi paling tidak ketampananku akan menunjang usahaku untuk menjadi
artis. Yeah, aku harus bertahan untuk bergabung di antrian panjang ini. Hanya pekerjaan
sebagai artis yang tidak membutuhkan ijazah sekolah dan menghasilkan banyak
uang,’ keluhku.
Aku melempar pandangan berkeliling
area pendaftaran audisi yang penuh dengan manusia berpakaian heboh. Lalu aku menangkap
sosok gadis berbalut gaun hijau dengan sepatu supertinggi. Rambutnya ikal
dengan semburat kemerahan tampak indah di atas gaun hijaunya.
‘Ah, ternyata ada pemandangan menarik, nih. Cukup untuk membantuku
mengusir rasa bosan mengantri.’
Gadis itu tidak ikut mengantri,
melainkan hanya menonton kami ribut mencari posisi antrian terdekat dengan meja
registrasi. Pandangannya tampak sombong dan merendahkan. Lalu tiba-tiba mata
kami bertemu. Matanya gelap dan dipenuhi kilau kepercayaan diri menatapku
tertarik. Aku sangat terbiasa dengan tatapan seperti itu.
‘Tapi, tunggu dulu.. Sepertinya aku merasakan sesuatu dari gadis itu.
Ya, auranya tidak asing lagi. Aura yang sama dengan yang dimiliki ayahku yang
brengsek. Apa mereka memang berhubungan atau ini hanya kebetulan? Tapi aku
tidak pernah menemukan aura semacam ini di manusia-manusia lain yang pernah aku
temui.’
Lalu gadis itu berjalan dengan
langkah pasti ke arah meja registrasi. Aku hanya memandanginya, ingin tahu apa
yang akan dia lakukan. Begitu juga dengan orang-orang lain di antrian,
memandang gadis itu dengan penasaran. Gadis itu berbicara sesuatu dengan suara
pelan. Tidak lama kemudian petugas administrasi memberi nomor pendaftaran ke
gadis itu, tanpa dia perlu antri bersama kami! Aku melotot memandang hal itu,
kesal sekali karena kami semua harus mengantri sedangkan gadis itu tidak perlu
repot-repot mengantri.
‘Apa yang gadis itu lakukan? Memberi petugas itu uang suap? Tapi sepertinya
tidak. Aku tidak melihat gadis itu memberi petugas itu sesuatu apapun. Apa mereka
bersaudara? Sepertinya juga tidak, mereka sama sekali tidak mirip..’
Aku masih berpikir ketika tiba-tiba
ada sebuah suara memasuki pikiranku, “dan
begitu juga dengan kalian semua, Kawan, akan melupakan tindakanku barusan.”
Lalu aku merasakan perasaan dingin yang menenangkan dan aku melihat beberapa
orang di depanku mendadak tampak tenang, seperti tidak ada sesuatu yang terjadi,
setelah beberapa detik sebelumnya memelototi gadis itu dengan marah. Dan ketika
itu pula aku tahu jawaban mengapa gadis itu bisa mendapat nomor pendaftaran
tanpa mengantri: kompulsi.
‘... Dan itu berarti, dia salah satu dari makhluk-makhluk sialan itu. Seperti
ayahku..’
Aku memperhatikan gadis itu
berjalan memasuki ruang tunggu audisi dengan langkahnya yang ringan. Kuharap kami
bisa bertemu lagi karena ini pertama kalinya aku bertemu dengan salah satu dari
Mereka, selain ayahku tentunya. Aku masih
bertanya-tanya ketika dia menghilang di balik papan pembatas. Apakah gadis itu
termasuk manusia Bintang Calvera?
I've read urs. Really exciting, Aku udah mulai bisa nemuin rima dari ceritanya ni. Saya tunggu lanjutannya ya :D
ReplyDelete