“Car, apa kau tidak berpikir Luna
sedang menyembunyikan sesuatu? Apa kau tidak mendengar jantungnya berdegup
begitu kencang? Dia mungkin sedang berbohong tadi. Mengapa kau mengijinkannya
pergi begitu saja?” cecarku pada Carla, kesal.
“Don, kalau tadi kita menahannya
lebih lama hanya untuk bertanya-tanya hal yang tidak penting, dia pasti akan
terlambat berangkat ke sekolah. Lagipula, siapapun akan gugup ketika meminta
ijin pada orangtuanya untuk pergi kencan PERTAMAnya. Tidakkah kau pikir sungguh
menyenangkan dunia Luna saat ini? Jatuh cinta, seperti kita dulu,” kata Carla sambil tersenyum lebar.
“Tapi kita tidak tahu seperti apa
laki-laki itu. Kau yakin membiarkan Luna pergi dengan laki-laki yang bahkan
wajahnya kita tidak tahu?” tanyaku masih khawatir.
“Kau tenang saja, Don. Luna akan
baik-baik saja. Dia putri kita, bukan?” jawab Carla lembut seraya menggenggam
tanganku.
‘Kalau sudah begini, bahkan kekhawatiran tingkat akut pun akan hilang
dalam sekejap.’ Aku memandang Carla yang menunggu jawabanku. ‘Ya, Luna sudah dewasa. Mungkin sudah tiba
saatnya membiarkan dia hidup di luar bayang-bayang kami,’
‘Kau sudah paham sekarang, Don? Bahwa kita bukan manusia, bukan berarti
kita akan hidup selamanya mendampingi Luna’ suara Carla yang lembut berbisik di kepalaku. Aku hanya
tersenyum memandang matanya yang bersinar-sinar gembira.
Comments
Post a Comment