Aku marah sekali. Benar-benar marah dengan ulah Luna
mengikuti audisi untuk menjadi artis. Mungkin perasaanku ini lebih tepat
disebut khawatir, bukan marah. Sudah bertahun-tahun aku dan Carla berbaur di
dunia ini tanpa ada kecurigaan dari siapapun tentang identitas palsu kami.
Bahkan, kami bertekad untuk membuat rantai keluarga baru yang lepas dari masa
lalu kami dengan melahirkan Luna ke dunia. Tapi semua usaha kami itu bisa gagal
begitu saja jika bertemu dengan orang yang salah. Orang yang mungkin saja akan
kami temui jika kami terlalu menarik perhatian.
Aku sengaja tidak bekerja di luar rumah dan
memanfaatkan kemampuanku memprediksi secara akurat untuk bekerja sebagai
freelance penasihat keuangan perusahaan dan perorangan. Walaupun terkadang aku
tetap harus membuat prediksiku salah, lagi-lagi supaya terlihat normal seperti
manusia lainnya. Semua itu aku lakukan
demi keluarga kecil ini. Tapi ulah Luna kali ini bisa merusak segalanya.
Aku hampir saja lepas kendali tadi. Emosiku yang
terlalu kuat bisa merusak keseimbangan dunia atas dan bawah. Hampir saja Luna
melihat bayangan hitam yang mulai muncul sebagai akibat kecerobohanku tidak
bisa mengendalikan amarahku tadi. Andai saja Carla tidak segera menenangkanku,
rahasia kami berdua bisa terbongkar. Luna pasti merasa ketakutan sekali. Aku
merasa perlu membuatnya ketakutan dan putus asa untuk meyakinkannya bahwa
keputusannya mengikuti audisi adalah keputusan yang salah.
“Don, kau tenanglah. Kau harus mulai belajar
mengendalikan emosimu. Ya, aku tahu kau sangat khawatir Luna merusak semua
usaha kita selama ini, tapi bagaimanapun dia putri kita. Tidak baik kalau kau
membuatnya ketakutan seperti itu,” kata Carla lembut padaku.
“Aku rasa aku perlu menakut-nakutinya, Car, supaya dia
tidak lagi berani melanggar larangan kita. Ini semua aku lakukan demi kebaikan
kita, terutama kebaikan Luna.”
aseek,
ReplyDelete